Jumat, 20 November 2009

Waspada rusaknya jaringan Telekomunikasi oleh badai matahari


Badai Matahari 2011, Potensial Rusakkan Sinyal Telekomunikasi.
My Internet COLORADO - Aktivitas cahaya matahari, yang berpotensi badai, disinyalir dapat mengakibatkan hilangnya sinyal pada ponsel, perangkat penunjuk arah (GPS) atau perangkat elektronik lainnya. ?



Badai matahari atau solar storm dapat menimbulkan ledakan energi yang cukup dahsyat ke arah bumi. Ledakan inilah yang kemudian akan mengganggu jalannya sistem sinyal elektronik yang sensitif, khususnya ponsel dan GPS. Para ahli menyatakan bahwa aktivitas semburan badai matahari (solar storm) ini terus meningkat setiap periodenya dan puncaknya akan terjadi pada tahun 2011 atau 2012.

Solar storm adalah fenomena alam yang terjadi pada matahari ketika terlemparnya proton dan elektron akibat aktifitas magnetik matahari yang biasanya terjadi 11 tahun sekali. Akibat aktifitas magnetik tersebut, gelombang magnetik yang mengarah ke bumi menghalangi sinyal-sinyal komunikasi. Oleh karena itu seluruh alat komunikasi yang menggunakan sinyal elektromagnetik tidak bisa berfungsi dengan baik.

Bahkan Fenomena ini juga sangat berpengaruh pada pembangkit listrik jika terus dinyalakan pada saat badai berlangsung karena medan magnet bumi yang tidak stabil. Jika pembangkit listrik tersebut rusak maka dibutuhkan waktu sekira 2 tahun untuk membangunnya kembali. Hal ini memaksa masyarakat untuk kembali hidup tanpa listrik hingga pembangkit listrik baru selesai dibangun. Menurut wikipedia, hal ini pernah terjadi di Quebec pada 13 maret 1989 dimana 6 juta orang hidup tanpa listrik selama 9 jam. Padahal puncak ledakan solar storm jika mengenai bumi bisa mencapai lebih dari 2 hari.

"Solar storm ini akan mempengaruhi beberapa menara di beberapa wilayah. Dan menara telekomunikasi merupakan sasaran empuk dari aktivitas solar storm ini," ujar Dale Gary, ilmuwan yang juga petinggi di Institut New Jersey bagian Fisika, seperti dikutip melalui ABC News, Senin (14/1/2007).

Menurut penelitiannya, solar storm berpotensi mengganggu 7 persen sambungan telekomunikasi. Bahkan solar storm dengan energi yang lebih kuat dapat menimbulkan kerusakan yang cukup parah. Apalagi terhadap perangkat GPS. Kabarnya solar storm juga berpotensi merusak sinyal satelit yang biasa digunakan untuk membantu pencarian lokasi karena GPS receiver tidak akan mampu mencari sinyal satelit yang terhalang oleh radiasi solar storm. Efek solar storm ini dikabarkan akan berlangsung hingga berhari-hari.

Sumber: http://techno.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/01/14/56/75161/potensial-rusakkan-sinyal-telekomunikasi


Silakan klik

Sejarah Tata surya


Tata Surya
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gambaran umum Tata Surya (digambarkan tidak sesuai skala): Matahari, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Ceres, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, dan Eris.



Tata Surya[a] adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi[b], dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.

Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian yang terluar.

Berdasarkan jaraknya dari matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak pertengahan 2008, ada lima obyek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).

Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami, yang biasa disebut dengan "bulan" sesuai dengan Bulan atau satelit alami Bumi. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari debu dan partikel lain.

Chating Merupakan Sarana Selingkuh Yang Potensial





Sebagian besar pengguna internet di Asia Tenggara rupanya mewarnai kehidupan asmara mereka lewat layanan Instant Messaging (IM). Mulai dari mengajak kencan, putus dari pacar, hingga aktivitas perselingkuhan bisa dilakukan dengan jalan chating.

Dalam sebuah survei yang digelar Microsoft Windows Live kepada 1.400 responden di Asia Tenggara terungkap bahwa 86,5% dari responden mengaku memanfaatkan IM untuk mengajak seseorang berkencan, bahkan 6,8% di antaranya ingin melamar seseorang secara online.

Menariknya, sementara orang-orang berpikir bahwa mengajak seseorang berkencan melalui layanan online itu dapat diterima, hanya sepertiga responden (33,3%) mengaku akan menyatakan putus melalui IM.

"Saya adalah orang yang romantis, tetapi saya tidak berpikir bahwa meminta seseorang untuk berkencan dengan cara online adalah sesuatu yang salah," ujar Ade Mailangkay, seorang banker. “Kita berada di era digital. Saya mengenal banyak orang yang lebih memilih untuk mengambil langkah pertama yaitu melalui Instant Messenger. Namun berbeda pada saat ia melamar seseorang,” tambahnya.

Pun demikian, selain mengundang asmara, IM juga punya andil untuk memancing prahara. Sebab, tak sedikit penggunanya yang memanfaatkan IM untuk selingkuh alias flirting ke orang lain yang bukan pasangannya.

Dari survei ini saja misalnya, ada 60,9 persen atau lebih dari setengah responden yang mengaku sering menggoda orang lain di luar pasangan mereka dengan cara online.

Badai Matahari, materialnya diperkirakan mencapai Bumi! 24 Februari, 2008





Badai matahari terbentuk karena terjadinya gejolak di atmosfer matahari yang dipicu terbentuknya bintik hitam. Kondisi ini dapat mengakibatkan loncatan api / solar flare yang materinya dapat terlontar ke Bumi. Ketika materi tersebut melintas di atmosfer Bumi, maka terjadilah Aurora dan badai elektromagnetik.

Partikel dari badai Matahari tersebut diperkiran sampai ke Bumi pada tahun 2011-2012. Partikel bermuatan listrik ini dapat menghasilkan noise atau gangguan besar pada frekuensi radio 1,2GHz – 1,6GHz. Ini sangat mengancam sinyal GPS.

“Jumlah dan intensitas noise akan meningkat dan dapat mengaburkan sinyal GPS selama periode ini,” kata Paul Kintner dari Departemen Teknik Elektro Universitas Cornell. Keakuratan GPS akan berkurang hingga 90%, dan dapat rusak. Hal ini sangat membahayakan dunia penerbangan, di mana fungsi GPS sudah seperti “nafas pada Manusia.

Hal ini pernah terjadi beberapa tahun silam, tepatnya pada akhir oktober 2003. Pada waktu itu, tidak hanya satelit GPS saja yang rusak, tapi juga satelit komunikasi publik.

Namun, yang paling bahaya adalah apabila distribusi listrik terganggu…! Pada 28-30 Oktober 2003, hampir seluruh pembangkit listrik di dunia dinonaktifkan untuk sementara. Apabila listrik tidak dimatikan, maka akan terjadi kerusakan pada pembangkit-pembangkit listrik di setiap negara. Hal ini disebabkan karena terjadinya ketidakstabilan medan magnet di Bumi.

http://www.spacew.com/gallery/image002218.jpg 30 Oktober 2003

Berikut ini, saya ambil info dari www.unisosdem.com :
Dampak di Bumi
Terdapat beberapa dampak badai antariksa yang terjadi tanggal 28 dan 30 Oktober 2003. Dari pengamatan lapisan ionosfer di Tanjungsari, Sumedang, diketahui terjadi penurunan kerapatan elektron secara drastis di lapisan tersebut. Bahkan, begitu rendahnya kerapatan elektron di lapisan ionosfer itu membuat peralatan ionosonda IPS71 tidak mampu merekam keberadaan lapisan tersebut.
Keadaan seperti itu disebut blackout (lihat ilustrasi gambar 2), dan di dunia komunikasi radio ditandai dengan putusnya komunikasi secara tiba-tiba dalam waktu cukup lama. Hal ini terlihat dari hasil pengamatan sinyal gelombang pendek yang dipancarkan dari Kota Songkla (Thailand bagian selatan) dan diterima di Tanjungsari (gambar 3).
Pada tanggal 30 Oktober 2003, komunikasi Songkla-Tanjungsari putus sampai dua kali. Pertama, blackout selama sekitar empat jam terjadi antara pukul 02.36 WIB sampai dengan pukul 06.36 WIB, dan yang kedua kalinya berlangsung selama lima jam mulai pukul 08.36 WIB sampai 13.36 WIB.
Di antara kejadian blackout pertama dengan yang kedua, sinyal radio masih dapat diterima di Tanjungsari, namun sangat lemah.
Pemantauan sinyal gelombang RRI Jakarta pada frekuensi 9,680 MHz dan ABC Australia pada frekuensi 21,680 MHz juga mengalami gangguan pada hari itu. Bahkan, siaran RRI Jakarta, yang secara rutin dipantau sekitar pukul 9.00 WIB, pada hari itu tidak bisa dipantau.
Siaran ABC, yang dipantau setiap hari pukul 11.00-11.30 WIB, penerimaannya sangat buruk dan tidak seperti hari-hari sebelumnya. Keadaan serupa juga masih terjadi pada hari berikutnya. Bahkan, sinyal gelombang ABC Australia yang sehari sebelumnya masih dapat dipantau, tanggal 31 Oktober 2003 sama sekali tidak dapat dipantau.
Dampak yang lain lagi adalah meningkatnya ketinggian lapisan ionosfer. Beberapa saat sebelum blackout, tanggal 30 Oktober 2003, ketinggian lapisan ionosfer di atas Tanjungsari cenderung meningkat dan sesaat setelah blackout ketinggian lapisan ionosfer mencapai lebih dari 700 km dari permukaan Bumi. Ketinggian lapisan ionosfer normal biasanya hanya sekitar 300-500 km.
Ketinggian yang abnormal seperti ini juga masih terjadi pada tengah hari tanggal 31 Oktober 2003. Kenaikan ketinggian lapisan ionosfer secara drastis ini juga akan menyebabkan putusnya komunikasi radio. Keadaan yang tidak normal kemungkinan juga akan berdampak terhadap satelit orbit rendah (LEO). Selain itu, kami juga mendeteksi adanya kemungkinan gangguan sintilasi terhadap sinyal satelit pada tengah malam tanggal 30 Oktober 2003 sampai dengan dini hari tanggal 31 Oktober 2003 selama lebih dari 6 jam.

Bayangkan… betapa bahayanya apabila di tahun 2011 nanti, akan terjadi seperti ini lagi…!!