Assalamualaikum, wr wb
Dewan juri yang saya
hormati
Hadirin, dan
teman-teman yang berbahagia,
Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kita dapat
hadir di tempat ini, dalam keadaan sehat
walafiat.
Dewan juri yang saya
hormati, pada kesempatan ini saya akan menyampaikan pidato dengan tema
“Memperkuat Kesetiakawanan di Sekolah”.
Dalam kehidupan
sehari-hari kita hidup bersama orang lain. Kita tidak dapat memenuhi sendiri
kebutuhan kita, tanpa bantuan orang lain. Didalam keluarga, ayah tidak bisa
mengurus sendiri kebutuhan keluarga, ayah dibantu ibu, anak, dan keluarga dekat
lainnya. Kita saling membantu dan saling bergantung satu sama lain. Demikian
pula dalam lingkungan sekolah. Sekolah bukan sekedar tempat untuk mencari ilmu
pengetahuan, tetapi sekolah juga tempat kita memperoleh banyak teman dan untuk
membentuk kepribadian. Di sekolah kita selalu diajarkan untuk berbuat baik seperti: jujur, disiplin, sopan-santun,
suka menolong, rukun dan setia kawan. Setia kawan adalah perasaan ingin
membantu orang lain.
Teman-teman yang
berbahagia,
Tuhan menciptakan
manusia tidak sama. Ada yang kaya dan
miskin. Ada yang pandai dan ada yang bodoh, namun kita tidak boleh
membeda-bedakan teman. Perbedaan bukanlah halangan untuk menjalin persahabatan
dengan teman. Hubungan persahabatan yang tulus dapat menumbuhkan semangat untuk
memperkuat kesetiakawanan. Dilingkungan sekolah banyak kegiatan yang bisa kita
laksanakan untuk menumbuhkan rasa kesetiakawanan. Contoh: Piket kelas, program
siswa asuh sebaya, dan belajar kelompok. Regu piket terdiri dari empat atau
lima orang anak, kita harus datang lebih awal jika mendapat giliran piket, kita
melaksanakan piket secara bersama-sama, ada yang menyapu lantai, membersihkan
meja dan kursi, menghapus papan tulis, dan membuang sampah. Tugas piket harus
dikerjakan dengan senang hati, meskipun ada salah satu teman regu piket
yang tidak hadir, tugas harus tetap
dikerjakan, karena tugas piket adalah tanggung jawab bersama. Di dalam program
siswa asuh sebaya kita dilatih untuk peduli terhadap teman-teman yang kurang mampu dengan cara
menyisihkan sedikit uang saku untuk dimasukkan ke kotak amal. Dengan program
siswa asuh sebaya, secara tidak langsung kita dapat membantu meringankan beban
teman. Dalam kegiatan belajar di kelas biasanya dibentuk kelompok-kelompok untuk menyelesaikan tugas dari guru. Belajar
kelompok sangat menyenangkan, dan banyak manfaatnya, kita bisa membantu teman
yang mengalami kesulitan belajar, belajar menghargai pendapat teman, memecahkan
masalah bersama, memupuk kekompakan
anggota, dan saling tukar pendapat. Kekompakan dalam bekerja sama sangat
diperlukan untuk memperkuat rasa kesetiakawanan, jika terjadi perpecahan dalam
kelompok maka akan sulit mencapai tujuan
bersama.
Dewan juri, hadirin,
dan teman-teman yang berbahagia,
Selain contoh-contoh
yang saya sampaikan, masih banyak
kegiatan-kegiatan yang dapat kita lakukan untuk memperkuat kesetiakawanan di
sekolah. Manfaat yang kita peroleh dari kesetiakawanan adalah: kita dapat
membantu teman, gotong royong, menciptakan kerukunan, dan belajar menjadi
menyenangkan. Siapapun yang berbuat baik pasti akan mendapatkan kebaikan dari
perbuatannya itu. Begitu juga kalau kita setia kawan maka kita akan mendapatkan
banyak teman. Semoga kita dapat lebih
meningkatkan rasa syukur dan selalu berbuat baik dengan orang-orang di sekitar
kita.
Wassalamualaikum, wr.
Wb.
SBK 2 ELEMENTARY SCKOOL
Tulislah Sejarah dengan Tinta emas
Jumat, 10 Mei 2013
Sabtu, 14 Mei 2011
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan ( PAIKEM)
Pengertian PAIKEM
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental, diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.
Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”) tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran
Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut.
Berikut adalah tabel beberapa contoh kegiatan KBM dan kemampuan guru yang besesuaian.
Kemampuan Guru | Kegiatan Belajar Mengajar |
Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran | Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya:
|
Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam. | Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya:
Lingkungan |
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan | Siswa:
|
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan | Melalui:
|
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa | · Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) · Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut. · Siswa diberi tugas perbaikan atau pengayaan. |
Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari. | · Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. · Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari |
Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus-menerus | · Guru memantau kerja siswa. · Guru memberikan umpan balik. |
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengembangan visi dan misi di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) salah satu metode pembelajaran berbasis lingkungan. Metode ini mampu melibatkan siswa secara langsung dengan berbagai pengenalan terhadap lingkungan. Dengan demikian selama dalam proses pembelajaran akan mengajak siswa lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Contekstual Learning
Pembelajaran Contekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu Guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pembelajaran konstektual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat.
Istilah lain yang dikenal untuk pembelajaran konstektual yaitu Experiental Learning, real word education, dan learned center instruction.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pendekatan CTL diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalaminya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi kehidupannya nanti. Dalam kelas kontekstual, guru berusaha membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih bannyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Pengetahuan dan ketrampilan diperoleh dengan menemukan sendiri bukan apa kata guru. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide – ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi – strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa tangga yang dapat membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat tangga tersebut ( Depdiknas, 2002 : 4 ).
CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep diatas terdapat tiga hal yang harus kita pahami : Pertama : CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar dioryentasikan pada proses pengalaman secara langsung. Kedua : CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyara, artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga : CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CRL bukan hannya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari – hari
CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dari konsep diatas terdapat tiga hal yang harus kita pahami : Pertama : CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar dioryentasikan pada proses pengalaman secara langsung. Kedua : CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyara, artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. Ketiga : CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CRL bukan hannya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari – hari
Strategi pembelajaran CTL
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying), bekerjasama (cooperating) dan mentransfer (transferring)
Langganan:
Postingan (Atom)